Kamis, 08 November 2012

Bila Aku Harus Memilih


Suatu kali, ketika kubaca-baca lagi tulisan-tulisan yang ada di blogku ini dan ketika sampai pada postingan terakhirku kemarin yang berjudul Medis atau Herbal, tiba – tiba aku merasa khawatir kalau ternyata tulisanku itu menyesatkan. Karena di situ disebutkan bahwa "medis atau herbal sama-sama baik". Walaupun aku hanya mengutip kalimat itu dari blog almarhumah Mbak Siti Aniroh. Aku khawatir bila hanya karena membaca postinganku itu, ada seorang pasien ca yang sudah memutuskan untuk berobat secara  medis menjadi beralih ke herbal. (Semoga saja tidak ada :( )
Akhirnya aku memutuskan untuk menuliskan ini. Untuk menuliskan keputusanku diantara pilihan medis atau herbal, dan sudah kubuktikan sendiri bagaimana hasil dari pilihanku itu. Untuk menuliskan pendapat pribadiku diantara keduanya, terlepas dari persoalan tentang mahalnya biaya berobat dengan pilihanku itu. Dan untuk menuliskan apa yang aku dengar dari orang-orang tentang pengobatan medis dan herbal. Yaitu bahwa :
  1. Pengobatan secara medis adalah pilihan yang paling tepat dan harus diutamakan
  2. Mengobati kanker dengan pengobatan herbal, apapun modelnya, tidak akan mempan dan justru bisa menambah masalah karena sel kanker pertumbuhannya cepat sedangkan daya kerja pengobatan herbal lambat. Keburu nanti sel kankernya menyebar kemana-mana.
  3. Banyak orang yang mencoba mengobati kanker dengan herbal tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, justru tingkat keparahan penyakit kankernya atau stadiumnya semakin bertambah.
  4. Banyak orang yang pada awalnya mencoba mengobati kankernya dengan herbal, karena tidak berhasil, pada akhirnya berpindah ke pengobatan medis tetapi tidak bisa tertolong karena stadiumnya sudah tinggi yang diakibatkan karena menunda pengobatan secara medis.
  5. Pengobatan secara herbal bisa dipakai sesudah seluruh rencana pengobatan secara medis selesai dilaksanakan
  6. Pengobatan secara medis dan herbal tidak boleh dilakukan secara bersama-sama, karena dimungkinkan akan ada efek yang saling mengganggu atau melemahkan khasiat salah satunya.
  7. Pengobatan secara herbal hanya sebagai pelengkap pengobatan medis, yang dilakukan setelah pengobatan medis selesai, dengan tujuan memperkuat daya tahan tubuh.
  8. Pengobatan secara medis memang relatif mahal (bila tanpa asuransi), tetapi berobat secara alternatif pun sebetulnya sama mahalnya. Mungkin justru ada yang jauh lebih mahal
  9. Bahwa pengobatan dengan listrik statis pun terbukti tidak ada hasilnya (sudah dicoba oleh teman saya). Tidak menjadikan sembuh, bahkan efeknya membuatnya menderita.
  10. Bahwa efek dari pengobatan secara medis untuk kanker memang dirasakan cukup berat, tapi semuanya itu bisa diatasi dan akan berlalu. Setelah pengobatan selesai, kondisi fisik akan kembali sehat dan normal. (Kalau setelah kemo rambut menjadi gundul, selesai pengobatan akan tumbuh lagi seperti semula).
  11. Bahwa untuk memiliki asuransi kesehatan sebetulnya tidak harus menjadi pegawai negeri, karena sebetulnya semua orang bisa menyisihkan uangnya untuk mengikuti program asuransi kesehatan. Manfaatnya akan sangat dirasakan ketika seseorang itu jatuh sakit.
  12. Semua tulisan di atas adalah pendapat pribadi saya dan rangkuman dari apa yang saya baca dan saya dengar dari orang-orang yang pernah saya temui. Bisa jadi anda tidak sependapat dengan saya, tidak apa-apa. Dan saya juga tidak akan memaksakan pendapat saya ini kepada siapapun. Harapan saya hanya, semoga apa yang saya tuliskan di atas bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
  13. Ada tulisan lain yang mungkin lebih bijaksana dari pada apa yang saya tuliskan mengenai hal ini dari teman saya, Almarhumah Ibu Danti. Bisa dilihat disini dan disini.

Kamis, 01 November 2012

Medis atau Herbal ?


Beberapa waktu yang lalu, seorang teman memberitahuku bahwa adiknya didiagnosa ca mamae, sama sepertiku dulu. Hasil biopsi menyatakan diagnosa ca mamae, dan dia juga sudah menjalani operasi mastektomi. Selanjutnya, dia menanyaiku dengan bermacam-macam pertanyaan, dulu gimana berobatnya, kok bisa sembuh, dulu kemonya setelah berapa hari sesudah operasi, lalu berapa kali kemo, kalau  dikemo itu diapain, dan macam-macam lagi pertanyaan lainnya.

Sebagai seorang survivor ca (cie.. :) ), tentu saja aku berkeinginan untuk bisa memberikan informasi sebanyak mungkin. Ketika paginya dia menanyakan itu semua di telepon, sudah berusaha kujawab sejelas mungkin. Tapi aku berinisiatif untuk datang ke rumahnya, pada waktu sore di hari yang sama. Kupikir dengan berkomunikasi secara langsung, semuanya akan lebih jelas dan lebih leluasa bagi temanku itu untuk mengajukan pertanyaan lebih lanjut.

Sore itu, ketika datang ke rumahnya aku membawa dua hasil lab patologi anatomi. Yang pertama adalah hasil PA ketika biopsi dan yang kedua hasil PA setelah mastektomi dan patologi hormon. Pada hasil PA yang pertama, tertera kesimpulan invasiv ductal carcinoma mamae grade II. Hasil PA yang kedua juga di bagian kesimpulan bertuliskan kata-kata yang sama. Lalu hasil Patologi Hormon menyebutkan ER (+), PR (+) dan HER +++ pada 30-35 % sel tumor. Aku membawa hasil lab  itu dengan maksud akan kutunjukkan pada temanku, dan mungkin juga adiknya punya hasil lab seperti itu, isinya bisa jadi sama, atau tidak sama. Mungkin grade nya tidak sama denganku, dan patologi hormonnya tidak semuanya positif sepertiku.

Ketika bertemu temanku, aku ceritakan kronologi pengobatanku dulu, dimulai dari ditemukannya benjolan, lalu kunjunganku ke poli bedah di RSUD di kotaku itu, lalu biopsi, lalu hasil biopsi yang diperoleh, yang menyatakan bahwa benjolan itu positif kanker. Aku berusaha memberikan informasi sebanyak mungkin, termasuk di Yogya di poli mana aku berobat, siapa dokternya, dan siapa saja dokter yang ada di poli itu, yang bisa kita pilih sesuai keinginan kita. Termasuk juga biaya sekali kemo, walaupun aku pakai ASKES, tapi dari informasi beberapa teman kemo yang tidak pakai asuransi, aku sedikit tahu kisaran harganya.

Sebetulnya, aku agak heran, karena tadi pagi ketika telepon, temanku itu banyak bertanya. Tapi justru setelah bertemu langsung denganku, dia kelihatan agak pendiam, hanya mendengarkan penjelasanku tanpa banyak bertanya. Dalam hati, aku bertanya-tanya mengapa begitu. Dan pertanyaanku itu terjawab ketika pada akhirnya dia berkata. "Adikku tidak punya ASKES ataupun asuransi lainnya, jadi kami memutuskan untuk berobat herbal saja. Terimakasih banyak atas informasi yang kau berikan"

Oh, jadi begitu rupanya. Sedih rasanya mendengar itu. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak. Walaupun dari beberapa cerita teman-teman kemoku, sesama survivor ca, dan juga dari cerita-cerita beberapa perawat ketika kemo dulu, mereka berkata bahwa mengobati kanker dengan herbal itu tidak akan mempan. Tapi kita tidak bisa memaksa orang bukan ? Bahwa mereka harus berobat secara medis? Memangnya kita ini siapa, berani mengharuskan begitu ? Bahwa kalau mau pakai herbal, nanti saja setelah pengobatan secara medis selesai. Yang penting medis dulu. Bahwa obat herbal itu cara kerjanya lama. Keburu nanti sel kankernya menyebar kemana-mana. Tapi kita nggak bisa katakan seperti itu, bukan ? Memangnya kita yang mau bayarin dia berobat ? :(

Akhirnya, seperti yang almarhumah Mbak Siti Aniroh katakan dengan bijak di blognya bahwa "Adalah hak setiap orang, setiap pasien kanker, untuk menentukan dengan cara apa ia akan berobat. Apakah dia akan memilih berobat secara medis, atau memilih pengobatan herbal. Semuanya sama-sama baik. "  Akhirnya aku katakan ke temanku, semoga saja pengobatan adiknya berhasil, dan kembali sehat seperti semula.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Ulang Tahun Kedua



Hari ini tanggal 20 Oktober 2012. Dua tahun yang lalu adalah 20 Oktober 2010 (20-10-2010). Ya, tentu saja, bukan ? Memangnya ada apa ? J Tahukah kalian, bahwa hari ini adalah hari ulang tahun kedua kemoterapi pertamaku ? (lebay banget.com J)

Dua tahun lalu, mestinya sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan dokter, aku mendapatkan kemoterapi pertama pada tanggal 19 Oktober 2012. Tapi karena sesuatu hal, diundur sehari menjadi tanggal 20-10-2010. Sesuatu hal itu sebenarnya adalah karena waktunya yang tidak memungkinkan. Hari itu, tanggal 19 Oktober, aku dan suamiku baru menemui dokter sekitar jam 10 an. Baru menemui dokter, dan baru mendapatkan resep obat-obat untuk kemo.

Maklumlah, karena belum punya pengalaman kemo sama sekali, jadi kami tidak tahu bahwa kalau misalnya hari ini jadwalnya kemo, seharusnya dari jam 8 pagi aku harus sudah siap berada di ruang kemoterapi dan sudah membawa obat – obatan yang diperlukan. Mestinya, kalau hari ini aku mau kemo, kemarin aku sudah menemui dokter untuk mendapatkan resepnya, dan sudah mengambil obat-obatnya di apotik ASKES, lalu menitipkannya ke apotik yang ada di Poli Tulip (untuk diambil esok harinya).

Hari itu, tanggal 19 Oktober 2010, aku baru menemui dokter sekitar jam 10 an, baru dapat resep obatnya, belum mengambil obat kemonya, yang antrinya lama banget…. padahal kemoterapiku yang obatnya doxorubicin dan brexel itu bisa memakan waktu lima jam. Pantesan aja perawatnya menolak aku untuk kemo hari itu. Waktunya nggak akan cukup… Jadilah kemoku diundur sehari, kebetulan di tanggal cantik yang mudah diingat, karena bagaimanapun, pengalaman kemo pertama bagi setiap pasien kanker pastilah sangat berkesan dan akan terkenang selalu… Walau bagaimanapun aku tidak ingin mengenangnya, tapi bagaimanapun akan selalu terkenang… tidak disengaja kok (J).

Tapi hari ini, ketika menuliskan ini, berarti aku dengan sengaja mengenangnya, dengan alasan dalam rangka ulang tahun kedua J. Beberapa waktu lalu aku berpikir-pikir, apa yang akan kutuliskan di blog ini pada hari ini ? Akhirnya aku memilih salah satu koleksi tulisan copy paste (mirip postinganku yang dulu), yang ingin aku share kepada para pembaca semua, dan mudah – mudahan bermanfaat :

Do We Know What’s Good For Us? 

A true story was told by DR. Bilal Philliphs 
In one of his articles, Dr. Bilal Philips (a well known Islamic scholar) narrates a story that involves tragedy, drama, and joy. The story is about an Egyptian teacher whose photograph appeared in a local newspaper. The picture showed his smiling and happy face with his hands stretched out and both thumbs sticking up; his father was kissing him on one cheek and his sister on the other cheek.


The newspaper narrated his story about working as a teacher in Bahrain. After a brief visit back home in Egypt, he was returning to join work and thus taking a flight from Cairo to Bahrain. 


However, at the airport he wasn’t allowed to get on the flight because he had one “stamp” missing on his Passport. This made the teacher distraught, thinking that his career was over because this flight was the last one back to Bahrain which would have enabled him to report back on time, missing which also meant that he would lose his job. He thus became quite frantic, but his endless crying, screaming, and explanations to the airport staff could not get him on the plane. His family comforted him to accept Allah’s decree.


Disappointed, he returned home only to learn a few hours later that the flight he was meant to take (Gulf Air flight GF072) crashed killing everyone on board.


While feeling sad for the passengers onboard, he along with his family thanked Allah for His decree. The day he thought was the most tragic day of his career and life, ended up to be the happiest one averting a tragedy for him and his family.


We are reminded of such signs in Surah al-Kahf, a surah that Muslims are instructed by the prophet (sallalahu alayhi wa sallam) to read every Friday. 

In it is the story of Prophet Musa (alayhi wa sallam) and Khidr. 



Khidr bore a hole in the boat of the people who took him and Musa across the river. This made Musa question (and object) to such an action as the owners of the boat were quiet poor and obviously weren’t happy to what was done to their boat. However, as it became apparent later, an oppressor King came down to the river and forcefully took away all the boats except the one with a hole in it. So the owners of the boat praised Allah due to the fact that there was a hole in their boat.


We learn from this story that in times of distress or when we desire something badly, we shouldn’t always assume what’s good for us and what’s not because Allah may have decreed a different outcome. As Allah says in the Quran (part of the verse):


“….and it may be that you dislike a thing which is good for you and that you like a thing which is bad for you. Allah knows but you do not know.” (Quran Al-Baqarah:216)

When struck by an affliction therefore, we have to be patient and in control of oneself. That is possible when we elevate ourselves to a high enough spiritual level where our Iman (faith) in Allah can help us ride the wave.


We can also stay in control by not losing our sense of reasoning that can help us provide better perspective of the situation. ibn al-qayyim (rahimuallah) said, “patience can be defined as a manner of spiritual superiority by virtue of which we refrain ourselves from doing evil. it is also a faculty of the intellect that enables us to live properly in this world.” Qatada said, “Allah has created angels having reason but with no desires, animals have desires and no reason, and man has both reason and desires. Therefore, if one’s reason is stronger than his desires, he is like an angel. On the other hand, if his desires are stronger, he is like an animal.” (ibn Al-Qayyim – “The Way to Patience and Gratitude.”)


The take away lesson for us is that we can improve the quality of our lives by making an effort to train ourselves to be patient, i.e. to elevate our levels of faith and to understand the dynamics that reasoning plays in staying patient.

As the prophet (sallalahu alayhi wa sallam) mentioned in a hadith,

“……..whoever strives to be patient, Allah will make him patient” (Al-Bukhari).”
May Allah make us amongsth those who are patience ameen...


Sabtu, 13 Oktober 2012

Mencoba Berlomba

Ssst...ini postinganku yang ke 105 lho... :) Kalo di wordpress lho... tapi kalo yang di sini sih baru yang ke berapa... Sepertinya aku sudah pernah cerita bahwa aku mulai bikin blog ini di awal Maret 2011, hampir mendekati akhir masa berobatku di Yogya. 

Dulu aku sering nginep di Yogya sehari, dua hari sampai kadang seminggu, tergantung kondisi fisik. Aku bolak-balik Cilacap-Yogya pakai bis efisiensi. Awalnya nggak kepikiran bawa laptop...masih shock soalnya, sama efek pengobatannya (:)) Lama-lama, aku memutuskan bawa laptop aja ke kost, jadi kalo pagi sampai siang berobat, sore sampai malem nulis-nulis atau online. Pernah aku bawa laptop ke poli Tulip. Ada wifi di sana... suatu kali aku coba connect, ternyata bisa...mungkin nggak di password, tapi sesudah itu nggak bisa, karena sudah dipassword. Jadi, satu kali itu aja aku bawa laptop ke Poli Tulip. Coba di poli Tulip itu wifinya free ya... kan pasien bisa kemo sambil online... kalo yang narsis bisa juga upload foto dia yang lagi kemo... :) Terus keluarga pasien juga bisa nungguin kemo sambil asyik online, nggak jenuh dan ngantuk.. (maunya.. :))

Selanjutnya, aku makin asyik blogging, sampai blogku beranak pinak menjadi empat buah (tadinya lima, tapi yang di blogdetik aku delete). Karena punya blog, kalo ada info lomba blog aku jadi kepingin ikut, maka jadilah aku bulan kemarin ikut lomba di blog detik. Tapi kalah sodara-sodara... :) juara harapanpun tidak :) kualitasnya kalah jauh sama blog milik para pemenang. Pantes aja kalo kalah.

Tapi, ketika melihat ada peluang ikut lomba blog lagi, aku kepingin ikut lagi... :)..  Nggak papa deh kalo misalnya nanti kalah lagi, yang penting setidaknya aku pernah mencoba. Karena itu aku coba ikut lomba Yamaha SEO Competition, padahal nggak ngerti apa itu SEO. Yang jadi pemenang nanti adalah yang blognya ada di peringkat teratas kalo di google. Padahal aku nggak tau, gimana caranya supaya blogku bisa muncul di peringkat teratas google. Mimpi banget kan ? Tapi nggak papalah... setidaknya aku sudah berani bermimpi untuk menjadi pemenang.. :)

Sabtu, 06 Oktober 2012

Dokumentasi Workshop


Tanggal 10 sampai dengan 12 September yang lalu bertempat di SMKN 1 Cilacap aku bersama teman-teman telah menyelenggarakan Workshop Komputer Akuntansi MYOB untuk guru SMK yang tergabung dalam MGMP Produktif Akuntansi SMK se Kabupaten Cilacap. Kegiatan ini terselenggara bekerjasama dengan PPPTK Bisnis dan Pariwisata Depok, Sawangan, yang merupakan tindak lanjut dari diklat guru inti yang dulu kuikuti selama dua minggu di bulan April, yang pernah aku ceritakan di postinganku dulu. Dan ini sedikit dokumentasinya :
MYOB (Mind Your Own Business) adalah sebuah software komputer akuntansi yang telah lama dipakai di kompetensi keahlian akuntansi, dimulai dari versi 13 dan yang sekarang dipakai adalah versi 18. Walaupun ada beberapa SMK yang tidak menggunakan MYOB dan memakai ACCURATE sebagai gantinya, kebanyakan SMK memilih menggunakan MYOB karena di Lomba Kompetensi Siswa baik di tingkat kabupaten maupun propinsi sampai nasional, software yang dipakai adalah MYOB.

Alhamdulillah, aku sangat bersyukur diberi kesehatan sehingga bisa melaksanakan kegiatan yang cukup melelahkan itu selama tiga hari berturut-turut. Dan aku bersyukur bahwa kegiatan itu bisa terselenggara dengan baik dan lancar, dan rasanya lega sekali setelah sekarang semuanya selesai. Laporan Diklat juga sudah disusun oleh bu Sari, temanku dari SMKN Nusawungu Cilacap, dan juga sudah dikirim ke Jakarta (terimakasih banyak bu Sari... :))

Yesterday and Tomorrow



Yesterday
Yesterday, all my troubles seemed so far away.
Now it looks as though they’re here to stay.
Oh, I believe in yesterday.Suddenly, I’m not half the man i used to be,
There’s a shadow hanging over me,
Oh, yesterday came suddenly.

Why she had to go
I don’t know she wouldn’t say.
I said something wrong,
Now I long for yesterday.


Yesterday, love was such an easy game to play.
Now I need a place to hide away.
Oh, I believe in yesterday.


(a song by The Beatles)

Tomorrow
Will you be there beside me
if the world falls apart
and will all of our moments
remain in your heart
will you be there to guide me
all the way through,
I wonder will you

Walk by my side,
and follow my dreams
and bear with my pride,
as strong as it seems
will you be there 
tomorrow
Will you be there beside me

as time goes on by

and be there to hold me
whenever I cry
will you be there to guide me
all the way through,
I wonder will you

Walk by my side,
and follow my dreams
and bear with my pride,
as strong as it seems
will you be there
tomorrow
(a song by Europe)
(mellow.com. Kok nggak ada lagu yang judulnya today ya ?)

Minggu, 30 September 2012

Cerita Horor

Mungkin, aku tahu sebabnya kenapa ada beberapa orang survivor, yang setelah selesai menempuh semua pengobatan, kemudian tidak mau lagi menginjakkan kakinya di rumah sakit untuk kontrol, bahkan untuk hanya sekedar cek darah saja. Mungkin, aku tahu sebabnya (Mungkin lho ya… bisa benar bisa tidak…bukannya sok tahu :) )

Mungkin, sebabnya adalah bahwa mereka tak mau kenangan buruk saat dulu pengobatan, terutama saat kemo, muncul lagi di depan mata. Tidak percaya ? tanyakan saja pada semua pasien poli Tulip di RSUP Sardjito, apa yang mereka rasakan ketika mereka berjalan di selasar yang menuju poli Tulip? Atau mungkin mereka lewat jalan kecil di depan gedung GBST, apa yang mereka rasakan ? Bagaimana perasaan mereka ketika melewati ambang pintu Poli Tulip, ketika berjalan menuju nurse station untuk mendaftar ? Dua kata cukup mewakili : horor sekali. Mereka pasti teringat ketika dulu harus berangkat untuk kemo, lalu bagaimana kondisi fisik setelah seminggu sesudah kemo, ketika harus cek darah dan kontrol lagi, untuk mendapatkan resep leukoken karena kadar leukosit selalu nol koma (aku nih, yang begini), lalu harus suntik leukoken di lengan atas… Bagiku, perasaan ketika kenangan itu dengan begitu hidup  muncul kembali di benakku, sambil aku berjalan menyusuri selasar… hanya dua kata untuk melukiskannya: horor sekali.

OK, mungkin aku sedikit terlalu berlebihan. Tapi aku merasakannya, dan dua orang teman kemo ku juga merasakan demikian. Kami masih sering smsan dan saling curhat. Orang lain tidak mungkin bisa ikut merasakannya dan mungkin bahkan takkan bisa memahami bagaimana mungkin sebuah pengalaman buruk  bisa menyebabkan trauma psikis begitu dalam. Dan menjalani kemoterapi adalah salah satu dari sekian banyak pengalaman buruk yang mungkin ada di muka bumi, yang bisa saja menimpa seseorang  :( . (Oh, tapi tentu saja bukan maksud saya menakut-nakuti lho… Jadi kalau misalnya ada diantara pembaca blog ini yang diminta dokternya untuk menjalani kemoterapi (semoga saja tidak ada, ya), jalani sajalah. Karena bisa jadi setelah menjalani kemoterapi dengan disiplin, anda akan sembuh, seperti saya :) )

Aku cerita tentang ini karena kemarin, tanggal 27 dan 28 September 2012, aku berangkat ke Yogya dalam rangka kontrol enam bulanan, sesuai jadwal. Tanggal 27 hari kamis, aku cek darah di lab patologi klinik, usg dan rontgen di radiologi. Perasaanku biasa saja menjalani semuanya. Ketika usg, aku minta dengan dokter yang perempuan. Dan Mbak residennya baik, ngajak ngobrol, dan terakhir memberitahu bahwa hasil pemeriksaan semuanya bagus. Hasil semua pemeriksaan itu tidak bisa langsung jadi pada hari itu juga. Seperti biasa, aku ambil hasil lab itu esok harinya, difotokopi, lalu mendaftar ke poli tulip.

Pada saat ke poli Tulip itulah… saat berjalan di selasar…  semua kenangan masa lalu itu muncul di depan mata, begitu jelas berkelebat di kepala, kayak di film saja :) . Aku masuk poli sekitar jam 11.00 WIB bersama suamiku dan terheran-heran, karena poli Tulip yang biasanya ramai, tempat duduknya dipenuhi pasien dan hiruk pikuk kesibukan perawat yang mondar-mandir dari ruang kemo ke nurse station, kemarin tampak sepi dan lengang. Hanya ada sekitar 5 orang yang duduk di ruang tunggu, yang sedang menunggui keluarganya yang sedang kemo. Tapi, walau terlihat sepi, aku mendapat nomor antrian 12 untuk menemui dokterku.
Alhamdulillah, hasil labku baik semua, normal semua. Dokter hanya meresepkan obat rutin yang harus kuminum, yaitu tamoplex dan neurodex. Dan seperti biasa, setiap ke poli Tulip aku selalu bertemu dengan salah seorang temanku, entah teman kemo, entah teman radioterapi, walaupun tidak janjian dulu sebelumnya. Dan aku terkejut ketika kemarin menjumpai bu Sulastri, dari Kulon Progo yang dulu radioterapinya bareng aku. Aku dulu pernah ceritakan juga tentang bu Sulastri ini di judul ini : http://failasufah01.wordpress.com/2012/03/08/keep-on-fighting/

Beliau bercerita bahwa setelah mengulang kemo lagi sebanyak empat kali untuk mengusir sel kanker yang menjalar ke livernya, kini dia harus mengulang empat kali lagi, karena sel kankernya telah menjalar ke tulang pinggulnya, dan beberapa waktu lalu beliau sempat tidak bisa berjalan. Kemarin dia kontrol ke dokternya setelah menjalani kemo pertama dari kemo seri ketiganya. Beliau berharap bahwa ini seri kemonya yang terakhir. Beliau cerita bahwa kata dokternya kankernya ganas sekali dan sulit untuk sembuh (kok dokternya tidak memotivasi, malah bilangnya begitu,ya ? Untung dokterku tidak seperti itu) hampir saja beliau tidak mau berobat lagi melanjutkan kemo lagi, karena sudah lelah, sudah putus asa. Tentu saja. Bayangkan. Beliau kemo sudah 6 kali, lalu 4 kali, lalu 4 kali lagi. Padahal setiap kali kemo, berat sekali beliau harus menanggung efeknya, dan juga berapa banyak uang yang beliau keluarkan, karena beliau tidak tercover ASKES. Beliau bukan PNS, dan bukan pula orang tidak mampu sehingga beliau merasa tidak berhak untuk mengurus JAMKESMAS agar mendapat kartu JAMKESMAS. Padahal beliau juga bukan orang yang kaya banget, hanya pedagang tahu yang cukupan. Beliau berkata, untung tahun lalu saya sudah sempat menunaikan ibadah haji. Kalau tidak, entah kapan lagi saya akan bisa….

Aku prihatin sekali mendengar ceritanya. Aku tak bisa berkata banyak. Aku hanya bisa memintanya untuk bersabar. Dan aku katakan bahwa aku akan mendoakannya agar kuat menjalani semuanya. Dan dalam hati aku berdoa, agar beliau bisa sembuh dan agar selamanya aku juga sembuh. Agar aku tidak mengalami seperti apa yang dialami Bu Sulastri, temanku itu. Karena aku takkan sanggup. Aku tak sekuat dia. Semoga enam bulan lagi saat aku cek up lagi, hasilnya akan sama seperti sekarang. Amin.